Post

Apakah X merupakan Permasalahan Kesehatan Mental?

Disclaimer

Penulis dari blog ini bukanlah seorang pakar dalam bidang psikologi. Saya hanyalah seorang enthusiast di bidang psikologi dan pada blog inni saya akan menuangkan hal yang saya ketahui mengenai topik ini. Segala bentuk kritik dan saran dapat disampaikan kepada saya melalui sosial media saya.

Motivasi

Apakah kamu pernah mendengar temanmu yang pernah mengatakan “Saya merasa bahwa saya memiliki kebiasaan menghindari pertemuan sosial akhir-akhir ini. Apakah hal tersebut berarti saya memiliki sosial anxiety (kecemasan sosial) ya?”

Atau, mungkin kamu sendiri pernah berpikir “Saya merasa bahwa saya memiliki kebiasaan tidak dapat tidur dengan baik akhir-akhir ini. Apakah hal tersebut berarti saya memiliki insomnia ya?”

Pada dasarnya, mungkin kamu sendiri pernah mendengar atau atau mengatakan kalimat yang mirip dengan kalimat berikut ini:

“Saya merasa bahwa saya memiliki kebiasaan X akhir-akhir ini. Apakah hal tersebut berarti saya memiliki Y ya?”

Oleh karena itu, kamu ingin membaca blog ini.

Confirmation Bias

Pertama, memiliki pemikiran seperti itu pada satu sisi adalah hal yang baik. Hal ini dikarenakan kamu sadar dengan dirimu sendiri dan kamu menyadari bahwa kesehatan mental merupakan hal yang penting. Sadar dengan dirimu sendiri merupakan hal yang sangat penting untuk dimiliki karena memiliki kesadaran diri membat kamu dapat merefleksikan diri sendiri. Dengan refleksi diri, kamu bisa membuat dirimu berkembang.

Tetapi, perlu diingat bahwa semua pengamatan, termasuk pengamatan yang kamu lakukan terhadap dirimu sendiri tidaklah sempurna. Cognitive bias merupakan hal yang patut diwaspadai pada semua pengamatan [1]. Salah satu cognitive bias yang dapat memengaruhi observasimu terhadap dirimu sendiri adalah confirmation bias. Pada dasarnya, confirmation bias adalah suatu fenomena dimana kamu ingin hal yang kamu inginkan supaya benar-benar terjadi. Oleh karena itu, kamu hanya menerima fakta-fakta yang mendukung apa yang kamu inginkan untuk terjadi [2].

Mental Disorder and Dysfunction

Setelah mengetahui Confirmation Bias, sekarang kamu mengerti bahwa observasimu terhadap dirimu sendiri bisa salah. Kemudian, kita perlu kembali ke pertanyaan awal kita. Apakah kamu atau orang lain yang kamu perhatikan memiliki masalah yang kamu duga miliki? Dalam ilmu psikologi, sebuah gangguan mental adalah adanya gangguan yang signifikan terjadi secara klinis pada area kognisi, regulasi emosi, atau perilaku individu sehingga menimbulkan tekanan yang signifikan, gangguan keberfungsian, atau risiko melukai diri sendiri [3].

Perhatikan bawhwa kemungkinan yang terjadi pada seseorang yang mengalami gangguan mental salah satunya adalah gangguan keberfungsian (dysfunction). Sebuah rule of thumb yang dapat kamu gunakan untuk mengetahui apakah dirimu memerlukan bantuan profesional adalah jika hal X yang kamu alami atau yang kamu perhatikan orang lain alami adalah ketika dirimu sendiri atau orang lain mengalami gangguan keberfungsian (dysfunction) dalam hidup.

Setelah membaca kalimat tersebut mungkin kamu bingung dengan apa itu gangguan keberfungsian (dysfunction) dalam hidup. Gangguan keberfungsian (dysfunction) pada dasarnya adalah hal yang menggangu hidup sampai seorang individu melakukan sesuatu sampai di tahap dimana dia tidak nyaman dengan hal tersebut atau tidak bisa melanjutkan hidupnya dengan normal. Misalnya, jika seseorang memiliki kecemasan yang terlalu besar akan sebuah ujian yang akan dihadapinya besok, sehingga orang tersebut berpura-pura sakit agar tidak mengikuti ujian tersebut, dan hal ini diulangi berkali-kali. Dapat kita lihat bahwa dari contoh kasus tersebut, individu tersebut memiliki gangguan keberfungsian (dysfunction) dimana setiap kali ada ujian, dia berusaha menghindarinya. Hal ini tidak normal. Oleh karena itu individu tersebut akan sangat direkomendasikan untuk mencari bantuan profesional.

Kesimpulan

Ketika kamu atau orang disekitarmu merasa mengalami gangguan keberfungsian (dysfunction) dalam hidup, itu adalah sebuah indikator yang baik untuk mencari bantuan profesional. Setidaknya, jika kamu takut untuk mengunjungi bantuan profesional seperti psikolog, kamu bisa pergi mencari peer counselor.

This post is licensed under CC BY 4.0 by the author.